Halaman

Minggu, 22 Desember 2013

HMI Cabang Nagan Raya Memperingati Hari Ibu

NAGAN RAYA - Puluhan Mahasiswa (i) Nagan Raya yang tergabung dalam organisasi Korps HMI-wati (Kohati) Nagan Raya,  dan di bantu oleh HMI-wan Cabang Nagan Raya dari berbagai universitas dan Perguruan Tinggi, di antarnya adalah STIA Nagan Raya, UNMUHA, FKM-UTU, dan STIMI yang terdiri dari Ketua Komisariat HMI STIA yaitu Zubir, Sekretaris HmI Cabang Nagan Raya,(Sandes Marlita). Ketua demisioner Komisariat STIA(sipon aceh) dan rekannya Muklis,beserta kawan-kawan HMI lain.
Mereka menggelar aksi bagi Seribu Bunga pada Hari ini, Minggu 22 Desember 2013. Aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Ibu ke 85 tahun.
Massa HMI berkumpul di Simpang Empat Jeuram Nagan Raya. Mereka membagi-bagikan bunga kepada kaum ibu-ibu, dan anak-anak kecil,
Selain membagikan bunga, massa HMI ini juga turut membacakan Lagu2 dan puisi-puisi original karya Mahasiswa. Dalam aksinya, Kohati turut menyanyikan lagu Kasih Ibu secara bersama-sama.
Dalam orasinya, massa HMI juga mengajak semua masyarakat setempat terutama generasi muda yang melintas di jalan raya untuk tidak melupakan jasa-jasa Seorang ibu.
Selain aksi seribu bunga mereka juga sempat berkunjung ke RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) NAGANA RAYA. Kunjungan ini untuk menjenguk Pasien ibu-ibu yang melahirkan dan yang menderita sakit sebagai wujud kepedulian mereka.
Mereka berharap, para generasi jangan lupa terhadap jasa-jasa dan kasih sayang  seorang ibu.“(NR)

Jumat, 01 November 2013

Perbedaan HmI Dahulu dan HmI Masa Kini

Jika tidak segera berbenah dan mencari jati diri dengan menghayati sejarah masa lalu, predikat HMIsebagai “Harapan Masyarakat Indonesia”—sebagaimana ungkapan Jendral Ahmad Yani—akan semakin sulit diwujudkan.
Tampaknya, itulah kegelisahan yang dtelah dirasakan oleh para pelaku sejarah HMI pada masa-masa genting, 1963-1966 yang mengilhami lahirnya buku karya Alfan Alfian ini.Sedikit berbeda dengan buku-buku sebelumnya, seperti Hari-Hari Yang Panjang karangan Sulastomo (Ketum PB HMI 1963-1966), maupun HMI Candradimuka Mahasiswa karya Solichin, buku ini lebih komperhenshif. Alfan mengupayakan titik temu dengan literatur-literatur yang ada sebelumnya dan disertai dengan wawancara para pelaku sejarah HMI pada masa-masa itu.



HMI dulu
Buku ini menjadi penting, sebab, perbedaan yang cukup lebar terjadi, antara peran HMI pada saat itu dengan saat ini. Pertama, secara lebih kongkrit, tujuan HMI pada waktu itu terkonsentrasi pada dua hal, yakni Mempertahakan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi harkat dan martbat rakyat Indoensia serta menyebarkan ajaran agama Islam. Dengan upaya pencapaian yang penuh komitmen, tidak heran, jika pada masa-masa genting itu menyiratkan bahwa HMI sudah terlanjur menjadi milik umat dan bangsa.

Jauh sebelum peristiwa G/30 S, tepatnya pada Kongres Muslimin Indonesia II di Yogjakarta 20-25 Desember 1949, yang dihadiri 185 buah organisasi Islam, HMI disepakati dan diikrarkan sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di kalangan umat Islam Indonesia. (hlm. 58). Ketika mendapatkan ancaman pembubaran dari Bung Karno atas provokasi DN. Aidit,  pimpinan PKI, HMI justru mendapatkan dukungan dari Gerakan Pemuda Islam (Gemuis) yang terbentuknya dipelopori beberapa organisasi pemuda Islam seperti GP Ansor.

Ini merupakan bukti, bahwa HMI pada waktu itu kehadirannya benar-benar dirasakan di masyarakat karena ia sanggup memposisikan diri sebagai organisasi pemuda Islam yang modern sehingga memenuhi studentneeds dan student interest mahasiswa pada waktu itu.

Hal itu tentu tidak lepas dari komitmen HMI sebagai organisasi yang benar-benar menjadi milik umat dan bangsa. Ahmad Tirtosudiro, yang pada masa-masa genting tersebut merupakan jendral yang sekaligus aktivis HMI, pernah mengungkapkan, “...Di atas semua itu, tujuan HMI telah menggariskan tanggungjawab keummatan dan kebangsaan sebagai dua tugas yang saling bergayut. Dan dalam kehiupan antar golongan dan agama di Indonesia, HMI memiliki akar budaya sosial keagamaan yang
 all inclusive serta bebas dari sektarianisme sempit. (hlm.10) 

HMI Kini
Kondisi ini tentu berbeda dengan sekarang dimana, konflik kepentingan, bahkan di internal HMI sendiri pun semakin menguat. Hal itu tersurat dalam buku Perpecahan HMI karya Ali Asghar dan Ali Ridla Pamungkas pada Maret lalu. Belum lagi, konflik antara HMI dengan organisasi mahasiswa ekstra lain sebagai efek dari politik praktik di kampus. Tidak heran, jika kemudian HMI terjebak dalam arus tradisi organisasi mahasiswa yang berorientasi untuk kelompoknya masing-masing. Maka, tujuan HMI yang berubah sejak Kongres ketujuhnya di Solo pada 1966, “Terbinanya insan akaemis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridlai Allah SWT” menjadi terkesan dilupakan.

Kedua, diakui atau tidak, berbeda dengan kondisi pada waktu itu, HMI kini justru terjebak dalam iklim pragmatisme politik di lingkungan parta politik dan birokrasi. Apalagi, pertarungan politik dalam negeri saat ini lebih didominasi oleh konflik kepentingan. Situasi ini sangat berbeda sekali dengan situasi sosial-politik yang pada waktu itu yang lebih didominasi oleh persaingan ideologi. Bahkan, Konflik ideologis pada kisaran tahun 1965-1966 mengerucut menjadi kekuatan kelompok komunis dan anti komunis.

Oleh sebab itu, setajam apapun konflik pada waktu itu, nihil sekali individu yang memanfaatkan organisasi sebagai akses politik untuk kepentingan pragmatis. Kondisi ini berbeda dengan kini, karena sudah terlanjur besar dan menyejarah, bermunculan oknum dan elit politik di HMI yang memanfaatkan “HMI-connection” sebagai tangga menuju kekuasaan secara praktis. Inilah yang setidaknya melemahkan proses penyelenggaraan organisasi yang mengesampingkan aspek perkaderan. Tidak heran, jika kemudian pada 2008 lalu, litbang
 Kompas merilis sebuah analisis berjudul “Kebesaran HMI Yang menggelisahkan”. Kegelisahan itu muncul, ketika akses politik yang begitu besar tidak diimbangi dengan produktivitas perkaderan HMI yang sanggup menjawab persoalan bangsa seperti menekan pragmatisme politik.

Kegelisahan itu tidak akan muncul, jika segenap elit politik HMI kembali kepada titik tekan perkaderan HMI yang disebutkan dalam buku ini, Pertama, Watak kepribaian, yang dilakukan dengan cara memberi pemahaman agama sebagai dasar kesadaran. Kedua, kemampuan ilmiah, yaitu membina seseorang hingga memiliki pengetahuan
 (knowledge), kecerasan (intelectuality), dan kebijaksanaan. Ketiga, keterampilan, yakni kepandaiaan menerjemahkan ide dan pikiran dalam praktik. (hlm.147) 

Sejarah adalah bagian dari pencarian jati diri. Tuhan sendiri mentitahkan bahwa “lihatlah masa lalumu demi masa depanmu”. Dengan demikian, buku ini harusnya menjadi salah satu pijakan penting kader HMI dalam melewati masa-masa sulit belakangan ini. Sehingga, HMI sanggup memosisikan dirinya sebagai organisasi yang nihil dari politik praktis dan mampu menempatkan diri sebagai kader umat dan bangsa yang benar-benar kontributif, bukan klaim atas romantisme masa lalu. Jika tidak, tanpa ancaman pembubaran pun, bisa jadi HMI akan ditelan sejarah dengan sendirinya. Buku ini patut dijadikan refleksi bagi seluruh aktivis HMI.



HAL INI PERLU KITA PERHATIKAN.......

Jumat, 18 Oktober 2013

Candaan JK(Jusuf Kalla) Tentang HmI

Jakarta - Ketua Majelis Etik, Jusuf Kalla (JK) menolak anggapan tren partai Islam menurun. Menurutnya, dengan sejumlah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang kini menjadi pimpinan parpol menunjukkan bahwa partai-partai nasionalis menjadi Islami. "Di semua partai ada orang KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam). Di Golkar, PKB, Golkar, PAN," ujar JK. Hal ini disampaikan JK dalam pelantikan Majelis Nasional KAHMI dan FORHATI Nasional 2012-2017 di JCC, Senayan Jakarta Pusat, Selasa (5/2/2017). "(Tren) Partai Islam mengecil? Salah. Kalau Golkar ketuanya saya dan Pak Akbar, apa bedanya dengan PPP. Kalau Demokrat ketuanya Anas, apa bedanya dengan PAN?" lanjutnya. Selain itu, JK mengatakan bahwa 30 persen anggota DPR adalah anggota KAHMI. Para penegak hukum yakni KPK, MK, MA juga anggota KAHMI. "Pengacaranya HMI, terdakwanya HMI. Lengkaplah kita," kata JK yang disambut tawa ratusan hadirin. "Kita berdoa agar diberi kekuatan, untuk melakukan yang baik, dan juga bertobat, kalau melakukan kesalahan," imbuhnya.

sumber. news.detik.com

Kamis, 17 Oktober 2013

Profil HmI Cabang Nagan Raya

Pengumpulan Dana utk Korban gempa Aceh Tengah Oleh HmI Cabang Nagan Raya

Basic Training HMI LK-1 di SMK Nagan Raya

LK1 Basic Training HmI Komisariat STIA Nagan Raya

LK1 besic Training HmI di SMK 1 Nagan Raya

Peringati Hari Ibu, Korps Wanita HMI Bagi Seribu Bunga di Meulaboh

Sabtu, 22 Desember 2012 23:05 WIB
sumber: Muklis andespar.

MEULABOH - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Korps HMI-wati (Kohati) Meulaboh,  dan di bantu oleh HMI-wan dari berbagai universitas, di antarnya adalah FKM-UTU yang terdiri dari BEM FKM yaitu Agustiman dan rekannya Muklis Andespar,Sibrani boxi dan lain-lain.

menggelar aksi seribu bunga pada Sabtu 22 Desember 2012. Aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Ibu ke 84 tahun.
Massa HMI berkumpul di Simpang Kisaran depan Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Mereka membagi-bagikan bunga kepada kaum ibu dan anak-anak kecil.
Selain membagikan bunga, massa HMI ini juga turut membacakan puisi-puisi original karya mahasiswa. Dalam aksinya, Kohati turut menyanyikan lagu Kasih Ibu secara bersama-sama.
Dalam orasinya, massa mengajak semua masyarakat Aceh Barat terutama generasi muda yang melintas di jalan raya untuk tidak melupakan jasa-jasa ibu.
“Tanpa ibu kita bukan apa- apa “ kata Koordinator Aksi Kohati, Cut Ita.
Selain aksi seribu bunga mereka juga sempat berkunjung ke rumah RSUD Cut Nyak Dhien. Kunjungan ini untuk menjenguk ibu yang melahirkan dan yang menderita sakit sebagai wujud kepedulian mereka.
Ita berharap, para generasi jangan jadi kacang lupa pada kulitnya.“Dengan mengingat kehadiran kita selaku manusia di dunia, maka kita akan tahu bagaimana seorang ibu berjuang untuk kita,” ujar dia.(mbo)




Sejarah HmI (Himpunan mahasiswa Islam)

APA ITU HMI?
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sebuah organisasi mahasiswa Islam yang didirikan pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau tanggal 5 Februari 1947, di Yogyakarta.didirikan lafren pane dan 14 kawannya.
Tujuannya pada awalnya Mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan meningkatkan Syi’ar Islam di tanah air.”
Setelah melalui perjalanan waktu yang panjang dengan berbagai sejarah yang dijalaninya, maka keberadaan HMI semakin dituntut eksistensinya. Untuk dapat mengikuti perubahan masyarakat di tengah-tengah kehidupan yang komplek dan dinamis saat ini, maka tujuan HMI kini ialah mewujudkan Insan Cita yakni “Terbinanya Insan Akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Organisasi mahasiswa yang terbesar dan tertua di Indonesia yang lahir hampir bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I. Dalam suasana revolusi fisik yang menggelora HMI berdiri dan menetapkan tujuannya, yaitu: “Mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan meningkatkan Syi’ar Islam di tanah air.”
Kelahiran HMI merupakan keharusan dari realitas sejarah umat Islam yang masih skeptis atas aktivitas mahasiswa yang penuh dengan huru-hara (cinta, pesta, dan buku) dan kondisi bangsa yang masih menghadapi berbagai ancaman dari dalam dan luar. Ketiga hal tersebut yang menggerakkan Lafran Pane untuk mendirikan HMI. Citra keislaman, kemahasiswaan, dan keindonesiaan tersebut harus selalu hadir dalam diri generasi muda Islam.
Dalam usia yang hampir menyamai Republik ini, HMI telah banyak berkiprah dalam pembangunan bangsa ini, jajaran alumninya banyak tersebar di mana-mana baik di parpol, cendekiawan, NGO/LSM, pemerintahan, agamawan, pengusaha, dll.
1. Pelatihan Kader
  • Latihan Kader I / Basic Training
  • Latihan Kader II / Intermediete Training
  • Latihan Kader III / Advance Training
2. Struktur HMI terdiri dari
  • Pengurus Besar (dibantu Badko)
  • Pengurus Cabang (dibantu Korkom)
  • Pengurus Komisariat
3. Badan-Badan HMI yang disebut dengan Badan Khusus / Lembaga Pengembangan Profesi HMI :
  • BPL (Badan Pengelola Latihan)
  • KOHATI (Korp HMI-Wati)
  • LTMI (Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam)
  • LKMI (Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam)
  • LKBHMI (Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Mahasiswa Islam)
  • LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam)
  • LPMI (Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam)
  • LAPENMI (Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam)
  • LDMI (Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam)
  • dll.
Sebagai ujung tombak perkaderan di lingkup Fakultas, komisariat............ Nagan Raya memberikan ruang-ruang bagi anggotanya melalui berbagai aktivitas dan sarana pendukung lainnya.
Jenis-jenis kegiatan yang diadakan antara lain:
1. Kajian Rutin meliputi
  • Kajian Islam Komprehensif
  • Kajian Hukum
  • Kajian NDP (Nilai Dasar Perjuangan)
  • Kajian Kemahasiswaan
  • Bedah Buku, Skripsi
  • Kelompok Belajar Hukum
  • Kegiatan Sosial Kemasyarakatan meliputi:Penyuluhan Hukum, Pengajian Ibu-ibu, Sarasehan, Pembentukan jaringan dengan Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi,Kunjungan ke Pengadilan.
2. Sarana penunjang kegiatan:
Perpustakaan yang berisi:
  • Skripsi
  • buku-buku akademik
  • laporan-laporan ilmiah
  • BPK/Modul
  • Buku-buku non akademik
  • Buku-buku Keislaman
  • Buku-buku Hukum
  • Buku-buku Pengetahuan Umum, politik, sosial, budaya.
  • Majalah
  • Jurnal
  • dll.
Untuk menjadi anggota HMI kawan-kawan mahasiswa baru dapat mendaftarkan diri lewat HMI Komisariat dan melalui Kantor HmI Cabang Nagan Raya di Blang sapek depan kantor PMI Nagan Raya. untuk mengikut Maperca (Masa Perkenalan Calon Anggota) selanjutnya Latihan Kader I dan jika lulus kawan-kawan dapat menjadi bagian dari keluarga besar HMI, berhak mengikuti seluruh proses pengkaderan dan kegiatan HMI.
YAKIN USAHA SAMPAI
                        Kalau kawan –kawan ber minat dapat juga menghungi panitia:
                        HP:      0852-7720-1291  Panitia

                                    0823-6642-0754  Painitia

Minggu, 13 Oktober 2013

SEJARAH ISLAM





Islam muncul di Semenanjung Arab pada kurun ke-7 masihi apabila Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu daripada Allah s.w.t. Selepas wafatnya Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang sejauh Lautan Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.
Walau bagaimanapun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umaiyyah, kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Seljuk Turki Seljuk, kerajaan Uthmaniyyah Turki Uthmaniyyah, Empayar Moghul India, dan Kesultanan Melaka telah menjadi antara empayar yang terkuat dan terbesar di dunia. Tempat pembelajaran ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang agung. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli falsafah dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutamanya pada Zaman Keemasan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masihi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropah. Selepas Perang Dunia I, Empayar Turki Uthmaniyyah iaitu empayar Islam terakhir tumbang menyembah bumi.